Ruang Biru Laut sebagai Media Pemulihan Psikologis Manusia
Ruang Biru Laut sebagai Media Pemulihan Psikologis Manusia
Haloo sobat Risett!!!ππ½ Gimana
nih kabar kalian?π€Semoga
selalu baik yaaa~~
Balik lagi bareng aku,
Wolssey!! Malam ini, kita bakal bahas sesuatu yang mungkin relate banget yaitu “Ruang Biru Laut sebagai Media Pemulihan Psikologis Manusia” Eheyyy eheyyy gimana? Asik kanns yuhuuu~~~
Sobat Riset pernah gasi berdiri di tepi laut, lalu tiba-tiba nih sobat Riset ngerasa semua beban di dalam dada itu kayak...hilang??!? Simsalabim gitu jadinya!! Nah…ternyata, laut memang punya pengaruh psikologis yang luar biasa loh, sobat Riset. Yuk, kita selami bareng-bareng!!ππ
Sobat Riset pasti tau, kalau laut itu dikenal sebagai kekuatan alam yang luar biasaa semisal menjadi tempat tinggal untuk biota lautnya, selain itu juga ya sobat...dia juga bisa loh dijadikan sebagai alat penting dalam mendukung kesehatan mental manusia. Beberapa tahun terakhir ini, penelitian telah menunjukkan bahwa laut, dengan segala keindahannya, berfungsi sebagai restorative environment atau suatu lingkungan yang memiliki kemampuan untuk meredakan stress.
Salah satunya dari Buckley & Cooper (2023), yang bilang bahwa aktivitas kayak main di pantai atau surfing bisa berdampak positif buat kondisi mental. Aktivitas ini bikin kita nyambung sama yang namanya "blue space", yaitu ruang air alami yang bisa nenangin pikiran dan nurunin rasa cemas. Nah hal tersebut ternyata juga dapat dikaitkan ke Attention Restoration Theory dari Kaplan & Kaplan (1989) yang menjelaskan kalau elemen alami seperti suara ombak atau pemandangan air yang bergerak bisa bantu otak kita pulih dari kelelahan karena dunia yang serba cepat. Pernyataan tersebut juga dapat dihubungkan dengan teorinya Ulrich (1991) dalam Stress Recovery Theory, yang menjelaskan bahwa interaksi dengan elemen alami, termasuk laut, dapat menurunkan tingkat stres fisiologis kita, dengan cara menurunkan tekanan darah dan kadar kortisol dalam tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa laut tidak hanya memberikan efek psikologis yang menenangkan, tetapi juga dapat memengaruhi tubuh secara biologis dengan mengurangi stres fisik. Mengurangi stress tersebut dapat dilakukan seperti berselancar, menyelam (snorkling), atau bahkan bermain pasir-pasiran di pantai.
Lebih jauh lagi dari efek terapeutik laut juga tampak dalam respons neurologis yang ditimbulkannya. Suara gelombang laut, misalnya, terbukti dapat mengaktifkan gelombang otak alfa (jenis gelombang yang berkaitan dengan kondisi relaksasi dan meditasi). Aktivasi gelombang alfa ini dapat mendukung kondisi mindfulness (keadaan fokus dan hadir sepenuhnya). Saat manusia dalam kondisi penuh tekanan, laut memiliki kemampuan untuk memicu efek ini menjadi semakin penting, karena ia dapat membantu manusia untuk menemukan ruang hening di tengah hiruk pikuk kehidupan. Laut juga memiliki simbol yang bermakna dalam banyak budaya. Salah satu budayanya ialah ritual melukat di laut yang dilakukan di Bali. Tujuannya untuk membersihkan diri dari energi negatif. Begitu pula di Jepang, praktik misogi dilakukan di laut untuk tujuan spiritual dan penyucian diri. Dalam konteks ini, laut tidak hanya berfungsi sebagai alat pemulihan fisik dan mental, tetapi juga sebagai sarana untuk melepaskan beban emosional dan memulihkan keseimbangan hidup.
Mungkin itu sebabnya, banyak orang yang pulang dari laut dengan wajah lebih tenang, langkah lebih ringan, dan dada yang terasa sedikit lebih lapang. Bukan karena masalahnya selesai, tapi karena laut telah membantu manusia dalam memindahkan sebagian beban berat masuk ke kedalaman yang tak terbatas. Apabila sobat Riset merasa dunia terlalu ramai, suara terlalu keras, atau isi kepala sobat Riset terlalu penuh berpikir inovasi terbaru xixix, sobat Riset bisa loh coba untuk healing ke laut. Diam di hadapannya, mendengarkan suara ombak yang seolah mengulang kalimat “kamu tak harus kuat terus, kamu hanya perlu waktu untuk rehat.” Kalau Wolssey bilang sih "hanya deburan ombak, yang dapat bercerita." Cia elah agak puitis banget ye Wolssey ini hihi.
Secara keseluruhan ya sobat Riset, laut dapat dilihat sebagai sebuah entitas yang tidak hanya mendukung kelangsungan hidup, tetapi juga berfungsi sebagai terapi alami bagi kesehatan mental kita. Kemampuannya untuk menyerap energi negatif, memberikan ketenangan, serta mendukung refleksi diri menjadikannya sebagai alat yang sangat berharga dalam merawat kesejahteraan psikologis kita. Jadi gimana, Sobat Riset? Masih ragu sama kekuatan healing dari laut? Masa iya... laut cuma buat main air doang? Yuk coba sendiri, siapa tahu justru laut yang kamu butuhkan sekarang.
Kalau kata bang Isak Dinesen mah "The cure for anything is salt water: sweat, tears, or the sea."π
Daftar Pustaka
Buckley,
R., & Cooper, J. (2023). Surfing and mental health: A blue space for stress
recovery. npj Ocean Sustainability.
Kaplan,
R., & Kaplan, S. (1989). The Experience of Nature: A Psychological
Perspective.
Ulrich,
R. S. (1991). Effects of health facility interior design on wellness: Theory
and recent scientific research. Journal of Health Care Interior Design, 3(1),
97-109.
Komentar
Posting Komentar