KETIKA SUNGAI MENJERIT: SAMPAH KITA, ANCAMAN NYATA BAGI HEWAN AIR TAWAR
KETIKA SUNGAI MENJERIT:
SAMPAH KITA, ANCAMAN NYATA BAGI HEWAN AIR TAWAR
HALOOO SOBAT LANA (Laut dan
Alam)!! ππ±
Selamat datang di blog yang bakal ngajak kamu
menyelami cerita seru tentang dunia perairan tawar. Tempat aliran sungai,
hewan-hewan kecil, dan kehidupan alami bertemu dalam satu ekosistem yang penuh
warna!
Sobat LANA, tau nggak? ππΏ
Sungai yang tiap hari kita lihat ternyata menyimpan
kisah pilu sekaligus menarik untuk dibahas. Banyak orang masih menganggap
sungai sebagai tempat pembuangan, padahal kebiasaan itu perlahan mengusir
hewan-hewan air tawar dari rumah mereka. Sampah rumah tangga, plastik, dan
limbah harian yang kita buang sembarangan ikut hanyut dan mengubah aliran
sungai menjadi tempat yang tidak lagi nyaman bagi makhluk-makhluk kecil yang
hidup di dalamnya.
Dari berbagai kajian yang pernah dilakukan, ada satu
yang cukup bikin kita berhenti sejenak dan berfikir. Dari (Aisy et al., 2025)
menyoroti bahwa sungai tidak pernah diciptakan sebagai tempat sampah.
Ketika sampah rumah tangga terus hanyut masuk ke aliran sungai, tumpukannya
membuat air kehilangan kejernihannya. Hewan-hewan seperti ikan, moluska, dan
serangga air yang biasanya hidup tenang di dasar sungai tiba-tiba kehilangan
ruang gerak karena tempat tinggal mereka tertutup plastik, kain, dan limbah
padat lain. Beberapa organisme kecil yang sangat bergantung pada air bersih
akhirnya tidak mampu bertahan karena kondisi sungai berubah menjadi keruh dan
penuh polutan.
Hal serupa juga dijelaskan oleh (Hasibuan, 2016) bahwa
Limbah rumah tangga disebut sebagai salah satu penyebab utama rusaknya kualitas
sungai. Begitu limbah ini masuk ke air, zat-zat berbahaya yang terbawanya bisa
mengganggu pernapasan ikan atau menempel pada tubuh hewan kecil yang hidup di
dasar sungai. Tidak jarang, hewan air tawar tersangkut di potongan plastik atau
tali-tali bekas yang hanyut mengikuti arus. Ada juga yang tanpa sengaja menelan
pecahan sampah kecil yang kemudian merusak organ dalam mereka. Kasian sekali
bukan?? Bayangin aja, makhluk sekecil itu harus berjuang melawan sampah yang
bukan berasal dari lingkungan mereka sendiri.
Kalau Sobat LANA lihat lebih dalam, masalahnya bukan
cuma soal air yang berubah warna. Sampah yang menumpuk di sungai sebenarnya
sedang mengacaukan keseimbangan alam. Saat hewan air tawar kehilangan habitat
atau tidak mampu bertahan dari paparan limbah, putaran rantai makanan pun mulai
terganggu. Efeknya menjalar dari organisme kecil hingga organisme besar dan
ujungnya kembali ke manusia yang ikut bergantung pada kesehatan sungai.
Karena itu, kalau kita ingin sungai tetap hidup dan
jadi rumah bagi hewan-hewan air tawar, perubahan kecil dari perilaku kita
sangat berarti. Misalnya dengan mengurangi kebiasaan membuang sampah
sembarangan, mengelola limbah rumah tangga dengan benar, dan memastikan
drainase tidak menjadi jalur sampah menuju sungai adalah langkah sederhana yang
dampaknya nyata.
Sungai bukan tong sampah, dan
makhluk yang hidup di dalamnya berhak mendapatkan lingkungan yang bersih.
Reference :
Aisy, F. M.,
Sari, S. M., & Kasmini, L. (2025). Sungai Bukan Tempat Sampah:
Menyelamatkan Habitat Air Tawar Kita. EDU SOCIETY: JURNAL PENDIDIKAN, ILMU
SOSIAL DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, 5(2), 1423-1432.
Hasibuan, R.
(2016). Analisis dampak limbah/sampah rumah tangga terhadap pencemaran
lingkungan hidup. Jurnal Ilmiah Advokasi, 4(1), 42-52.
Komentar
Posting Komentar